Sabtu, 26 Mei 2012

Alasan Indonesia Keluar Dari PBB

send email
print this page





Alasan Indonesia Keluar Dari PBB
Alasan Indonesia Keluar Dari PBB  - Terindikasi - Soekarno yang merupakan Presiden pertama di Indonesia, memang merupakan sosok yang fenomenal. Tahukah sobat, Indonesia pernah keluar dari PBB ? Ya, Indonesia pernah keluar dari PBB dan itu terjadi pada masa pemerintahan Soekarno sendiri. Lantas mengapa Soekarno ngotot hingga akhirnya Indonesia keluar dari PBB pada saat itu?

Soekarno memang sosok yang sangat pemberani. Sejarah mencatat, Indonesia merdeka dari segala bentuk penjajahan tidak terlepas dari peran tangan dingin Soekarno. Selain berwibawa, ia juga sangat tegas. Beliau tidak pandang bulu terhadap siapapun yang mencoba merendahkan martabat negara Indonesia.

“Inggris kita linggis! Amerika kita setrika!”, atau “Go to hell with your aid” yang ditujukan kepada Amerika.

“Malaysia kita ganyang. Hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu”

Itulah beberapa kalimat yang tercatat oleh sejarah pernah diucapkan oleh Soekarno terkait negara-negara yang berusaha bertindak tidak semestinya terhadap Indonesia. Ya, sekali lagi saya katakan, Soekarno memang tidak pandang bulu. Tidak hanya itu, PBB (Persekutuan Bangsa-Bangsa) yang merupakan organisasi level internasional pun pernah dilawan. Tepatnya, tanggal 20 Januari 1965 Bung Karno menarik bangsa Indonesia dari keanggotaan PBB. Tentunya Soekarno sudah memikirkan matang-matang terkait keputusannya mengundurkan Indonesia dari PBB. Lantas, apa alasan Indonesia keluar dari PBB? Setidaknya ada enam alasan yang tak terbantahkan bahkan oleh Sekjen PBB sendiri yang menjadi dasar Indonesia menarik diri dari keanggotaan di PBB.


Pertama, soal kedudukan PBB di Amerika Serikat. Bung Karno mengkritik, dalam suasana perang dingin Amerika Serikat dan Uni Sovyet lengkap dengan perang urat syaraf yang terjadi, maka tidak sepatutnya markas PBB justru berada di salah satu negara pelaku perang dingin tersebut. Bung Karno mengusulkan agar PBB bermarkas di Jenewa, atau di Asia, Afrika, atau daerah netral lain di luar blok Amerika dan Sovyet.

Kedua, PBB yang lahir pasca perang dunia kedua, dimaksudkan untuk bisa menyelesaikan pertikaian antarnegara secara cepat dan menentukan. Akan tetapi yang terjadi justru PBB selalu tegang dan lamban dalam menyikapi konflik antar negara. Indonesia mengalami dua kali, yakni saat pembebasan Irian Barat, dan Malaysia. Dalam kedua perkara itu, PBB tidak membawa penyelesaian, kecuali hanya menjadi medan perdebatan. Selain itu, pasca perang dunia II, banyak negara baru, yang baru saja terbebas dari penderitaan penjajahan, tetapi faktanya dalam piagam-piagam yang dilahirkan maupun dalam preambule-nya, tidak pernah menyebut perkataan kolonialisme. Singkatnya, PBB tidak menempatkan negara-negara yang baru merdeka secara proporsional.

Ketiga, Organisasi dan keanggotaan Dewan Keamanan mencerminkan peta ekonomi, militer dan kekuatan tahun 1945, tidak mencerminkan bangkitnya negara-negara sosialis serta munculnya perkembangan cepat kemerdekaan negara-negara di Asia dan Afrika. Mereka tidak diakomodir karena hak veto hanya milik Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, dan Taiwan. Kondisi yang tidak aktual lagi, tetapi tidak ada satu orang pun yang berusaha bergerak mengubahnya.

Keempat, soal sekretariat yang selalu dipegang kepala staf berkebangsaan Amerika. Tidak heran jika hasil kebijakannya banyak mengakomodasi kepentingan Barat, setidaknya menggunakan sistem Barat. Bung Karno tidak dapat menunjung tinggi sistem itu dengan dasar, “Imperialisme dan kolonialisme adalah anak kandung dari sistem Negara Barat. Seperti halnya mayoritas anggota PBB, aku benci imperialisme dan aku jijik pada kolonialisme.”

Kelima, Bung Karno menganggap PBB keblinger dengan menolak perwakilan Cina, sementara di Dewan Keamanan duduk Taiwan yang tidak diakui oleh Indonesia. Di mata Bung Karno, “Dengan mengesampingkan bangsa yang besar, bangsa yang agung dan kuat dalam arti jumlah penduduk, kebudayaan, kemampuan, peninggalan kebudayaan kuno, suatu bangsa yang penuh kekuatan dan daya-ekonomi, dengan mengesampingkan bangsa itu, maka PBB sangat melemahkan kekuatan dan kemampuannya untuk berunding justru karena ia menolak keanggotaan bangsa yang terbesar di dunia.”

Keenam, tidak adanya pembagian yang adil di antara personal PBB dalam lembaga-lembaganya. Bekas ketua UNICEF adalah seorang Amerika. Ketua Dana Khusus adalah Amerika. Badan Bantuan Teknik PBB diketuai orang Inggris. Bahkan dalam persengketaan Asia seperti halnya pembentukan Malaysia, maka plebisit yang gagal yang diselenggarakan PBB, diketuai orang Amerika bernama Michelmore.

Nah, itulaha 6 alasan mengapa Indonesia (sempat) keluar dari PBB.

Banyak kepala negara yang berpendapat, keputusan Soekarno untuk mencabut Indonesia dari keanggotaan PBB adalah sikap nekat. Namun tekad Soekarno sudah bulat, ia akan lakukan apapun untuk memperjuangkan martabat Indonesia. Bahkan lebih jauh lagi, ia membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces/ Conefo) sebagai alternatif persatuan bangsa-bangsa selain PBB. Konferensi ini sedianya digelar akhir tahun 1966. Langkah tegas dan berani Sukarno langsung mendapat dukungan banyak negara, khususnya di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Bahkan sebagian Eropa juga mendukung.

“Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita (Soekarno)


Alasan Indonesia Keluar Dari PBB

Ditulis Oleh : yomaricoy17 Hari: 11.19 Kategori:

12 comments:

  1. beda kali sama pemimpin sekarang yang membiarkan bangsanya di lecehkan oleh bangsa lain
    seperti malaysia pukimak itu

    BalasHapus
  2. Informasinya salah.
    Daripada terus-terusan mengkultuskan seseorang, mending belajar melihat sejarah secara objektif. Alasan-alasan yang diungkapkan di atas itu hanya pendapat, dan sifatnya subjektif.
    Alasan sebenarnya karena pada saat itu Sukarno sedang dekat-dekatnya dengan komunis (jadi anti Barat) dan berencana bikin tandingan PBB bernama Poros Beijing, ini melibatkan China, Korea Utara, Vietnam, Kamboja dan Indonesia. Dan kita mau bikin CONEFO.

    Sukarno punya ego tinggi, jika dia tidak muncul ke permukaan dan banyak saingan dia tidak mau. Di PBB namanya tidak lebih tinggi dari pemimpin Afrika atau negara lain. Pada saat itu juga (dari taun 62) Sukarno menyerang Malaysia "Ganyang Malaysia" karena mereka mau bikin negara (Nyatuin Malaysia, Singapura, dll), Sukarno maunya mereka gabung Indonesia, karena mereka pro-Barat dan anti-komunis. Sedangkan Sukarno pengen Asia tenggara Pro-komunis.

    Juga di waktu yang sama (62 ke atas) dia nyerang Papua karena Belanda mau memerdekakan. Alasannya sebetulnya sama, jika Papua merdeka mereka akan pro-Barat dan anti-komunis.

    Gejolak politik yang gak ada hentinya ini bikin orang muak, dia menjadikan dirinya presiden seumur hidup, seakan-akan Indonesia itu mainan yang jadi haknya. Proklamasi itu sebetulnya karena dia diculik oleh mahasiswa dan dipaksa untuk proklamirkan kemerdekaan. Jadi bukan idenya sendiri.

    Tapi lucunya, penggantinya Suharto sangat anti-komunis dan pro-Barat. Jadi tidak lebih baik.

    Saya gak anti Sukarno, tapi pemujaan yang berlebihan membuat sejarah jadi ngaco dan gak benar. Jangan buat Nasionalisme mengotori sejarah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waktu keluar dari PBB, alasan utamanya saat itu karena Malaysia diterima di anggota tidak tetap dewan keamaan PBB.

      Konteks besarnya seperti yang saya utarakan di atas.

      Pada dasarnya sifat Sukarno itu seperti anak kecil. Jika dia tidak dikasih mainan sama orang tuanya maka dia ngambek.

      Saya sama anti-Suharto seperti anti-Sukarno. tapi secara kepribadian, Suharto itu jauh lebih baik dari Sukarno. Orangnya sabar, hampir tidak pernah marah apalagi berkata-kata kotor macam Sukarno.

      Masalah utamanya, gara-gara Sukarno, dia jadi sangat anti komunis, ini bikin banyak pembunuhan2 (PKI, Timtim). Akibatnya dunia melihat Suharto lebih buruk dari Sukarno.

      Harap diingat, Suharto lah yang membangun Indonesia. Sukarno selama puluhan tahun jadi pemimpin tidak pernah membangun, sibuk perang dan mengasah ego. Dia nikah berkali-kali dan mengoleksi banyak kekayaan (mobil, dll). Berbeda 180 derajat dengan Suharto yang selalu sederhana.
      Cuma masalahnya, karena Suharto begitu penyayang, dia bikin bangsa ini jadi bangsa penjilat dan koruptor. Anak-anaknya dibiarkan menghancurkan ini negeri, kroni-kroninya menumpuk kekayaan, sekarang kita susah keluar dari budaya korupsi yang dipupuk Suharto. Sayang sekali padahal dia orang yang baik sekali, dia sering bertemu dan berbicara dengan petani, nelayan secara langsung. Suharto sebetulnya peduli pada Bangsa, tapi namanya orang militer dia gak tau apa yang harus dibutuhkan utk membangun secara benar. Dia dijilat begitu banyak orang sehingga dia jadi setengah Tuhan seperti Sukarno (tapi dengan cara yang berbeda).

      Nilai akhirnya kedua pemimpin ini sama buruknya.






      Hapus
    2. hahaha coba liat dulu, soal pertemuan dgn john f kenedy tdk lama setelah itu keduanya wafat. silahkan telusuri knp amerika sgt tdk menyukai soekarno dan telusuri juga apa yg ditandatangani oleh john f kenedy ketika ketemu bung karno.hanya bung karno presiden yg layak di sebut pemimpin

      Hapus
    3. mr muram durja, tau kah sp dibelakang soeharto??? apakah bs sekuat itu jk tdk ada dukungan dr amerika. coba perhatikan demo mahasiswa (jaket kuning) yg dibiayai oleh CIA. anda salah besar jk mengatakan Soekarno buruk, beliau pemimpin yg tdk mengejar kekayaan pribadi

      Hapus
    4. soekarno ma soeharto beda masa bung....
      soekarno lebih banyak perang karena situasi perangnya memang banyak..
      bahkan sebelum indonesia merdeka peran soekarno lebih besar mlawan penjajahan..
      mana mungkin bisa ngurus pmbangunan klo' masih melawan penjajah...
      beda dgn soeharto yang notabene memimpin indonesia setelah kemerdekaan berjalan..
      wajar dia membangun...
      tp monas, istiklal, hotel indonesia, gelora bunkarno, itu jaman soekarno bkn suharto..

      Hapus
  3. Sama sama tak beres
    Tp keduanya ada plus dan minusnya

    BalasHapus
  4. muram durja,spertinya dari kelompok yg mau bikin negara sendiri di NKRI.

    BalasHapus
  5. mending sekarang kita nikmati apa yang telah d'perbuat oleh mereka yang berjuang...
    daripada kita ngomel gank jelas ...

    coba kita fikir seandaix kita termasuk dari merak yang berjuang...??
    ap yang harus kita lakukan...???

    BalasHapus
  6. Muram durja ngacooooo !
    1 yg bikin saya marah. Hanya 1! Harusnya kita kaya kalau masih punya freeport! Tolong pikir lebih luas lg muram durja.

    BalasHapus
  7. Kalian2 hanya berbicara tentang kebenaran dan kesalahan soekarno dan soeharto, padahal yg membuat negara kita merdeka bukan hanya dia, tp para pejuang yg merelakan nyawa dan darahny, dengan satu alasan, kita sama2 manusia, tidak ingin di injak2 hak dan martabatnya oleh manusia. Mereka berdua tak ada arti tanpa pejuangnya, silakan di renungkan, mgkin bila anda ada di jawa timur, brhentilah sejenak di jembatan merah, tepatny di surabaya, coba renungkan dgn seksama apa yg terjadi disana, nnti anda akan terharu bila merasakan apa yg trjadi disana, sejarah dulu pd masa perjuangan akan terasa dsana, pada waktu itu saya mncoba brhenti dan merasakan sangat terharu,, dan entah yg saya rasakan tiba saya menangis bung, jika anda mmpunyai kekuatan yg dikatakn byk org yaitu supranatural, anda akn bisa merasakn kisah perjuangan,

    BalasHapus

Jika Admin tidak menjawab di halaman ini, mungkin Admin telah mengirimkan jawabannya melalui e-mail Anda. Jadi harap lihat e-mail Anda.

 

Widget

DMCA.com
Ping your blog, website, or RSS feed for Free W3 Directory - the World Wide Web Directory Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net Directory submission