Penyebab Tidak Tegas Indonesia Terhadap Malaysia
Ada
analisis menarik dari pengamat militer Universitas Indonesia, Andy
Wijayanto, mengenai kemungkinan terjadinya perang terbuka antara
Indonesia dan Malaysia di daerah konflik perairan Blok Ambalat. Bila
Jakarta mengumumkan perang terbuka dengan negara tetangga kita itu,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus memperhitungkan aliansi negara
yang akan mendukung negeri jiran tersebut dalam konfrontasi.
Andy
mengungkapkan, Malaysia memiliki sistem aliansi pertahanan dengan
Inggris, Australia, Singapura, serta Selandia Baru. Aliansi itu
disebut sebagai Five Power Defense Agreement (FPDA). Salah satu
kesepakatan negara-negara FPDA adalah klausul bahwa serangan terhadap
salah satu negara anggota merupakan serangan pula terhadap negara
anggota lainnya.
"Malaysia
tinggal meminta klausul itu diaktifkan. Bila disepakati, berarti
negara kita harus siap berperang juga dengan Inggris, Australia,
Singapura, serta Selandia Baru yang mempunyai kekuatan tempur jauh
lebih kuat dan canggih," jelasnya setelah diskusi tentang RUU
Pertahanan dan Keamanan.
Dari
situs resmi British High Commission, Kuala Lumpur, diketahui bahwa
FPDA berdiri pada 1971 sebagai lembaga konsultasi dan antisipasi
serangan terhadap Singapura serta Malaysia. Saat peringatan 30 tahun
FPDA pada November 2001, kelima negara anggotanya sepakat membentuk
suatu kerja sama jangka panjang. Salah satunya, perjanjian saling
dukung bila ada negara anggotanya yang diserang negara lain. Tahun
ini, FPDA memfokuskan tinjauannya pada maritime security. Dengan
fokus tersebut, kemungkinan empat negara lainnya untuk mendukung
Malaysia dalam konfrontasi dengan Indonesia menjadi lebih besar.
Tidak
itu saja. Bila dalam konfrontasi nanti negara kita berhadapan dengan
Inggris, negara tersebut sangat mungkin meminta artikel lima NATO
(Pakta Pertahanan Atlantik Utara) diaktifkan. Artikel lima NATO serupa
dengan klausul perjanjian FPDA yang intinya menyatakan, serangan
yang dialami salah satu negara anggota dianggap sebagai serangan
terhadap negara-negara anggota lainnya dan harus dihadapi bersama.
Sehingga, konfrontasi dengan Malaysia bisa melebar serta membuat
Indonesia harus berhadapan dengan negara-negara anggota NATO.
"Jadi,
efeknya akan beruntun. Itulah yang harus diperhitungkan masak-masak
oleh Presiden SBY sebelum mendeklarasikan konfrontasi dengan
Malaysia. Rakyat pun harus memahami hal ini supaya tidak gelap mata
mendesak perang dengan Malaysia," tegas Andy.
selain itu sy mengambil perbandingan antara angkatan Militer Malaysia dan Indonesia
~MALAYSIA~
Militer
Negeri Jiran itu bernama Tentara Diraja Malaysia. Pada awal
pembentukannya, peralatan militer buatan Inggris banyak dipakai negara
ini. Kini mereka menggunakan peralatan dari sejumlah negara,
termasuk pesawat buatan Indonesia.
1. Kapal Perang
- Satu kapal penyelam dilengkapi meriam 20 mm
- Dua kapal cepat pengangkut pasukan
- Empat kapal patroli buatan Prancis ber-rudal Exocet MM38 dan meriam Bofors
-
24 kapal perang yang berpangkalan di empat tempat: Lumut, Sandakan
Sabah, Kuantan, dan Labuan. KD Kerambit yang berada di sekitar Ambalat
merupakan salah satu kapan yang berpangkalan di Sandakan, Sabah.
-
Dua kapal patroli buatan Korea Selatan yang dilengkapi meriam 100 mm
Creusot Loire, 30 mm Emerlac, dan senjata penangkis antikapal selam.
Kapal ini berpangkalan di Kuantan/
- Empat kapal buatan Swedia dilengkapi rudal MM38 Exocet, 57 mm Bofors, dan 40 mm Bofors berpangkalan.
- Empat kapal Frigate, dua di antaranya dibeli bekas dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris.
- Enam kapal Corvette buatan Jerman - Empat kapal patroli penangkis ranjau buatan Italia
- Dua kapal Multi Purpose Command and Support Ship buatan Jerman dan Korea Selatan
- Satu kapal Sealift
- Dua kapal Hydro
2. Pesawat Tempur
- F-5 E - Hawk MK108 berpangkalan di Alor Setar, Kuantan, dan Labuan
- Hawk MK-208 berpangkalan di Alor Setar, Kuantan, dan Labuan
- Delapan F/A-18D berpangkalan di Alor Setar
- Mig-29 berpangkalan di Kuantan
- SU-30 berpangkalan di Kuantan
- F-28 berpangkalan di Kuala Lumpur
- Falcon berpangkalan di Kuala Lumpur - Beech 200T berpangkalan di Kuala Lumpur
- C-130H berpangkalan di Kuala Lumpur
- CN-235 berpangkalan di Kuala Lumpur
- S61A-4 berpangkalan di Kuala Lumpur, Kuching, dan Labuan
- AS61N-1 berpangkalan di Kuala Lumpur
- S70A-34 berpangkalan di Kuala Lumpur Personel
3. Jumlah prajurit semua angkatan: 196.042 (2002)
- Anggaran militer per tahun: US1,69 triliun (2,03 persen GDP)
~INDONESIA~
Embargo
pembelian peralatan militer dari Amerika membuat rontok sejumlah
peralatan militer Indonesia. Pesawat tempur terbaru, Sukhoi SU-27 SK
dan SU-30 MK buatan Rusia, pun masih ompong tak punya senjata. Adapun
dari 12 pesawat tempur "andalan", F-16, dua di antaranya sudah jatuh
dan hanya delapan siap terbang.
1. Pesawat dan Heli
- Delapan Hawk MK 109 berpangkalan di Pekanbaru, Pontianak
- 32 Hawk MK 209 berpangkalan di Pekanbaru, Pontianak
- Enam CN235 berpangkalan di Halim
- Delapan F27-400M berpangkalan di Halim
- SF260MS/WS berpangkalan di Halim
- B707-3MIC
- Tujuh pesawat F27-400M
- F28-1000/3000
- L100-30
- C-130H-30 berpangkalan di Halim
- NAS332L1
- L100-30
- EC-120B
- 12 unit Heli Bell 47G-3B-1 berpangkalan di Kalijati
- Lima F-16A berpangkalan di Madiun
- Lima F-16B berpangkalan di Madiun
- F-5E berpangkalan di Madiun
- F-5F berpangkalan di Madiun
- Hawk Mk53 berpangkalan di Madiun
- dua Su-27SK berpangkalan di Makassar
- dua Su-30MK berpangkalan di Makassar
- NC212M-100/200 berpangkalan di Malang
- Ce 401A berpangkalan di Malang
- Ce 402A berpangkalan di Malang
- 10 Pesawat Bronco OV-10F di Malang Kapal Perang
-
114 armada berbagai jenis (sepertiganya untuk operasi rutin, sepertiga
untuk latihan, dan sisanya untuk pemeliharaan) Personel
2. Jumlah prajurit (semua angkatan): 250 ribu orang
Anggaran militer per tahun: US$ 1 triliun (1,3 persen GDP)
Inilah
beberapa alasan yang mendasari bangsa ini tidak bisa bersifat tegas
apa lagi menyatakan perang terhadap Malaysia..apakah dengan hanya
sebuah alasan itu kita membiarkan KEDAULATAN kita dipermainkan oleh
Malaysia..?pertanyaan besar buat kita SAMPAI KAPAN..??
Penyebab Tidak Tegas Indonesia Terhadap Malaysia